Kamis, 06 Mei 2010

Dasar - Dasar Arung jeram/ Rafting

Arung jeram Adalah aktivitas outdoor yang paling menyenangkan. Meski begitu,kegiatan ini sebenarnya mengandung bahaya bagi sang pelaku,mulai dari terantuk batu hingga terbawa arus.Berikut tips yang penting di ketahui agar keselamatan tetap terjaga :
- bagi pemula,sebaiknya memilih rute jarak dekat antara 5 Km-9 Km
- selalu gunakan jaket pelampung dan helm
- kenakan sepatu agar kaki terlindungi dari benturan dengan bebatuan tajam
- oleskan sunblock di tubuh dan minum banyak cairan guna menghindari dehidrasi
- dengarkan komando dari pemandu,karena olah raga ini mengandalkan kerja sama tim
- jangan panik jika terlempar dari perahu,posisikan tubuh anda dalam keadaan terlentang,lalu ikuti arus sungai hingga regu penolong menghampirimu

Senin, 03 Mei 2010

sungai cileunca


banyak kata yang terucap dibalik senyumnya sang permaisuriku,salah satunya dia bercerita tentang arus sungai dan sebuah perahu yang mengantarkannya dan teman2 menuju keindahan sungai yang di ciptakan Tuhan...
inilah ceritanya tentang pengarungan sungai yang membuat semangat,fisik,dan mentalnya di uji di sebuah arus yang belum pernah di alaminya.

Hm...capek..tapi mempunyai sejuta pengalaman......

Ini adalah pertama kalinya aku mengikuti rafting..yang notabene..aku sangat takut menghadapi air..,
Namun kali ini atas support daripara peserta n juga si bebz..,aku ingin mencobanya....(deg deg an sih..)
ternyata aku kebagian pengarungan terakhir,didalam satu perahu itu aku bersama dengan Herry,Budi,Rara,Echa dan Hendra serta sang skipper Kang Deden..
Sebelum kita menuju ke jeram kita harus menyeberangi Waduk terlebih dahulu..,yg kedalamannya sekitar 12 meter dgn menggunakan perahu..wihhh disini saja dengkulku ga berhenti gemeteran..takuutttttt......hehehehe
Setelah itu barulah kami menghadapi Jeram...hmm..jeram pertama terlihat mudah..begitu kami melintasi jeram yg ke 2 yakni Jeram Domba (begitu orang orang sekitar menamainya..),aku terjatuh dari perahu dan tercebur di jeram tersebut..gilaaaa....pada saat itu aku ga bisa membayangkan apapun..aku hanya berusaha menggapai sesuatu,atau mencari pijakan agar aku
bisa membuat kepalaku keluar dari air,bersyukurlah aku mempunyai teman yang baik..aku ditarik keluar dari air oleh Hendra...
tau gak apa yang terjadi setelahnya....aku teriak ..." Gue berani...Gue bisa..."

Hahaha..ternyata bener ya kata orang" berpengalaman..."Hadapilah rasa takutmu dengan sumber ketakutanmu sendiri."And its worked....

Setelah itu ...jeram jeram yg lain kulalui tanpa rasa takut sedikitpun....(kecuali begitu aku tau kalo perahu ku begitu sampai di line finish mau di buat terbalik..karena itulah atraksi khas dari arung jeram.)

Begitu sampai di line finish...entah kenapa aku merasa ingin mengulangi pengarungan itu..begitupun teman temanku yang lain....
tapi sayang...waktu ga memungkinkan...

Akhirnya aku pulang dengan sejuta pengalaman,dan tentu saja kebanggaan yg tak terkira...
Kapan lagi ya..
^_^

Jumat, 30 April 2010

rafting cicatih river

Sungai Cicatih

Olahraga arung jeram di Indonesia menjadi sebuah olah raga yang sangat menarik dan menantang. Pada awalnya, olahraga ini hanya dimonopoli oleh kalangan pecinta alam, namun kini siapapun dapat menikmati dan memacu adrenalin menyusuri derasnya hempasan arus sungai dengan gampang. Tidak jauh berbeda dengan olahraga alam bebas lainnya, dalam menikmati arum jeram faktor risiko selalu mengintip di sekeliling kita. Perahu terbalik karena tak terkendali dengan baik dan penumpang terhempas keras ke batu sehingga terpelanting, atau tiba-tiba dihempas air bah, dan sebagainya merupakan resiko yang mampu membangkitkan adrenalin para rafter. Namun semua risiko itu bisa diperkecil dengan adanya prosedur keselamatan yang teruji dengan baik.

Seorang rafter yang biasa melakukan rating bisa merasakan bahwa setiap sungai mempunyai karakteristik yang berlainan. Terutama berdasar besar kecil jeram yang ada di sepanjang alirannya, mulai dari yang mudah (kelas I dan II) sampai yang sulit (kelas V). Variasi jeram tersebut akan mampu memberikan kesan yang berbeda bagi para pengarung jeram, makin tinggi tingkat kesulitan dari jeram tersebut biasanya makin asyik dan makin menantang.

Arum jeram kini bukan lagi menjadi olah raga eksklusif kaum pecinta alam saja, namun kini sudah menjadi sebuah alternatif hiburan bagi masyarakat umum. Namun, dengan meningkatnya peminat arum jeram tersebut, makin menjadikan olahraga “arus liar “ ini sebagai sebuah peluang bisnis yang cukup menjanjikan. Kini, banyak kita temui operator (penyelenggara) arum jeram bermunculan tersebar di seantero negeri ini. Daerah-daerah yang kini memiliki bisnis arum jeram antara lain tersebar di Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Sumatera, dan Sulawesi.

Sungai Cicatih terletak di Kab. Sukabumi, sungai cukup lebar antara 25 s/d 100 meter. Entry point pertama adalah dari Dam PLTA Ubruk, sedang entry point ke dua dari desa Bojongkerta. Sedang finish di jembatan gantung Leuwilalai. Lama pengarungan sekitar 3 jam jika titik mulai dari DAM Ubruk, jika mulai dari Bojongkerta lama pengarungan sekitar 2 jam. Sungai Cicatih mempunyai jeram-jeram berkelas III s/d IV. Jeram terrbesar adalah jeram gigi yang mempunyai kelas IV. Saat debit air meningkat maka tingkat kesulitan akan naik. Pemandangan di sisi sungai sangat menarik.

sumber : sahabat alamku

maaf lupa namanya

Kamis, 29 April 2010

Sungai citarik

Sungai citarik terletak di kecamatan Cikidang, Sukabumi. Tempat Menuju lokasi sekitar 75 km dari kota Bogor. Banyak para wisatawan khususnya domestik yang sering menikamti wisata ini. Sungai yang memiliki dimensi alur yang berliku-liku ke bawah dari gunung Halimun hingga ke persawahan dengan pemandangan hutan yang sangat indah di kiri-kanannya.

Sungai citarik ini biasanya di gunakan sebagai olahraga arung jeram yang memiliki tingkat kesulitan (grade) 3, dan kegiatan arung jeram di sungai ini pun penuh dengan tantangan dan dapat memacu andernaline seseorang, seorang yang ingin melakukan pengarungan harus mempunyai fisik dan mental kuat,karena arus deras yang menghambat jalannya pengarungan dan ada beberapa medan yang benar-benar dapat menguras tenaga,medan-medan dalam sungai citarik, seperti:

1. “Roke Stone” dimana jeram ini akan menahan perahu kita beberapa menit di atas arus yang kuat, sehingga dapat dikatakan batu-rem.

2. “Which Way” dimana terdapat 2 pilihan jalur yang dapat dilintasi oleh perahu dan akan bermuara kearah yang sama.

3. “TVRI” disebut demikian karena dulunya pernah ada reporter TVRI yang pingsan setelah melewati jeram ini, untuk itulah diabadikan namanya menjadi jeram TVRI.

4. “Zig-Zag” dimana disisi kanan dan kiri terdapat batu batu besar yang akan membuat perahu membentur batu-batuan besar layaknya permainan Zig-Zag, seru dan cukup menantang.

5. “Nia daniaty” dinamakan dari salah 1 artis yang pernah jatuh saat mengikuti pengarungan di sungai ini,

6. “Jeram Walk Away” ini termasuk jeram yang tergolong biasa dan banyak dijumpai di sungai-sungai yang digunakan untuk kegiatan pengarungan, Batu besar di kiri dan kanan jeram. Di tengah kedua batu inilah perahu harus melintas. Ternyata, jeram yang “biasa saja” ini menyimpan tantangan pertama.

7. “Jeram Jumping Jack Flash”. Di awal pengarungan Sungai Citarik, perahu yang melewati jeram ini, terutama dengan juru mudinya selalu terlempar atau “jumping” ke arah depan melewati perahu.

8. “Jeram Big Z” jeram Big Z, karena bentuk alur sungainya seperti huruf “Z” berukuran besar. Karena bentuknya seperti huruf Z itulah, pada saat menikung di jeram ini, perahu selalu terbentur dinding-dinding batuan yang berada di tepi sungai.

9. “jeram panjang” Dinamakan Jeram Panjang karena sepanjang 200meter, kita akan melewati puluhan jeram-jeram berukuran kecil. Saat kami melintas jeram ini.

10. “Jeram Pyramid” Jeram ini termasuk berbahaya, karena di sisi kiri dan kanan-nya terhampar batu besar mirip “Pyramid”. Batuan ini terkadang “menjepit” perahu karet atau bikin perahu terbalik.

11. “Jeram Good Bye”. Menggunakan label Good Bye, karena setelah jeram ini, tidak ada jeram lagi. Permukaan sungai berangsur-angsur datar karena mulai mendekati muara sungai, menuju pantai selatan di Pelabuhan Ratu.

12. “Jeram Danramil” Mirip dengan jeram sebelumnya, di jeram ini, perahu yang ditumpangi Komandan Rayon Militer (Danramil) setempat, pernah terbalik. Sang Danramil yang baru pertama kali mencoba beraung jeram di sungai itu pun ikut tercebur ke sungai.

Senin, 19 April 2010

EKOLOGI KARIMUN JAWA

Kawasan Taman Nasional Karimunjawa merupakan perwakilan 5 tipe ekosistem, yaitu ekosistem terumbu karang, padang lamun dan rumput laut, mangrove, hutan pantai, serta hutan hujan tropis dataran rendah.
Ekosistem Mangrove
Berdasarkan data Kegiatan Inventarisasi dan Penyebaran Mangrove di Taman Nasional Karimunjawa tahun 2002 (Sunyoto dkk, 2002) ditemukan 45 spesies mangrove yang termasuk dalam 25 famili. Dalam kawasan pelestarian ditemukan 25 spesies mangrove sejati dari 13 famili dan 7 mangrove ikutan dari 7 famili. Sedang di luar kawasan ditemukan 5 spesies mangrove ikutan dari 5 famili berbeda. Hutan mangrove di kawasan Pulau Karimunjawa dan Kemujan didominasi jenis Exoccaria agallocha sedang jenis yang penyebarannya paling luas adalah Rhizopora stylosa. Di hutan mangrove juga terdapat satu jenis yang sudah langka di dunia yaitu Schipiphora hydrophilaceae.
Ekosistem Hutan Pantai
Vegetasi hutan pantai dicirikan oleh adanya Ketapang (Terminalia cattapa), Cemara Laut (Casuarina equisetifolia), Kelapa (Cocos nucifera), Jati Pasir (Scaerota frustescens), Setigi (Pemphis acidula) dan Waru Laut (Hibiscus tiliaceus).
Ekosistem Terumbu Karang
Ekosistem terumbu karang terdiri dari 3 tipe terumbu, yaitu terumbu karang pantai (fringing reef), penghalang (barrier reef) dan beberapa taka (patch reef). Lebih lanjut WCS menyebutkan bahwa penutupan karang di Kepulauan Karimunjawa berada pada kisaran buruk hingga baik (10-75%).
WCS (2003) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ekosistem terumbu karang di Kepulauan Karimunjawa terdiri atas 64 genera karang dengan satu jenis karang yang hampir punah adalah karang musik/merah (Tubipora musica).
Ditemukan 318 spesies ikan karang dari 39 famili ikan di 44 lokasi pengamatan dengan jumlah spesies terbanyak terdapat di sebelah barat Pulau Cemara Besar. Spesies ikan karang yang paling banyak ditemukan di Kepulauan Karimunjawa adalah family Pomacentridae. Daerah Taka Mrican (Plectro point) diduga sebagai daerah pemijahan ikan kerapu dan napoleon dengan spesies target yang didominasi oleh Plectropomus areolatus, P. leopardus, dan P. oligocanthus.
Lebih lanjut dinyatakan bahwa ditemukan empat jenis kima selama survey dilaksanakan yaitu kima pasir (Hippopus hippopus), kima lubang (Tridacna crocea), kima besar (Tridacna maxima) dan kima sisik (Tridacna squamosa).dengan kelimpahan rata-rata sebesar 23 ind/100m². Kelimpahan tertinggi ditemukan di Pulau Pulau Seruni sebesar 248 ind/100m² dan kelimpahan terendah di Pulau Cemara Besar. Spesies yang sedikit dijumpai adalah Hipopus hipopus. Saat ini populasi kima yang berukuran besar sudah jarang ditemukan, sehigga perlu mendapat perhatian.
Di kepulauan Karimunjawa ditemukan 2 spesies penyu yaitu penyu Hijau (Chelonia mydas) dan Penyu Sisik (Eretmochelys imbricate). Sampai dengan tahun 2008 ditemukan 14.025 butir telur dan berhasil ditetaskan sebanyak 5.877 butir. Sedangkan tagging yang sudah dikeluarkan sebanyak 129 pasang. Diketahui bahwa Pulau Sintok merupakan salah satu tempat bertelur penyu yang paling potensial.
Sunyoto dkk (2008) menyatakan bahwa ditemukan 15 spesies kelas Holothuroidea di perairan Pulau Karimunjawa. Spesies yang paling banyak ditemukan adalah Holothuria atra dan Holothuria impatiens. Lebih lanjut Sunyoto (2008) menyatakan bahwa jenis teripang lebih banyak ditemukan di perairan pantai Pulau Geleang dibandingkan di perairan pulau Karimunjawa, dengan jumlah individu teripang terbanyak terdapat di habitat paparan pasir dan pertumbuhan algae.
Ekosistem Padang Lamun dan Rumput Laut
Penelitian menunjukkan bahwa terdapat 19 jenis makroalga di lokasi penelitian dengan jumlah terbesar Chlorophyta (Wahyuningtyas, 2000).
Padang lamun tersebar di seluruh perairan Taman Nasional Karimunjawa sampai kedalaman 25 m. Struktur komunitas padang lamun Pulau Karimunjawa tersusun atas 11 spesies diantaranya yaitu Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides , Halodule uninervis, Halophila ovalis, Halophila minor, Syringodium isoetilium, Thalassia hemprichi, Thalassodensron ciliatum (Abidin dkk, 2005). Dengan persentase Penutupan dan frekwensi relatif cukup banyak terdapat pada Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata dan Halophila ovalis. (Abidin, 2005).
Ekosistem Hutan Hujan Tropis Dataran Rendah
Ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah menempati ketinggian 0-506 m dpl di Pulau Karimunjawa. Berdasarkan hasil Eksplorasi Flora yang dilakukan oleh LIPI tahun 2003 (Djarwaningsih, dkk., 2003) ditemukan 124 spesies dan 5 genus flora di kawasan hutan hujan tropis dataran rendah Karimunjawa. Jenis pohon yang sering dijumpai adalah Jambon (Sizyqium spp), Sentul (Sandoricum koetjape), Ande-ande (Antidesma montanum), Berasan (Gomphia serrata), Gondorio (Bouea macrophylla). Termasuk di dalamnya keberadaan flora khas Karimunjawa yaitu Dewadaru (Fragrarea eliptica) dan Kalimosodo (Cordia subcordata) yang populasinya mulai menurun karena banyak digunakan sebagai bahan baku industri kerajinan oleh masyarakat. Dewadaru tidak ditemukan dalam kawasan konservasi kecuali tunggaknya, umumnya tumbuh di luar kawasan yaitu di daerah Alang-Alang, Ujung Gelam, Nyamplungan, dan Legon Nipah.
Jenis fauna darat yang umum dijumpai adalah Rusa (Cervus timorensis) dan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis karimondjawae). Terakhir Afendi 2008,menyatakan bahwa kelimpahan populasi monyet ekor panjang di hutan hujan tropis dataran rendah Pulau Karimunjawa adalah 267 ekor yang tersebar di seluruh wilayah hutan hujan tropis dataran rendah. Mogea dkk, 2003 menyebutkan terdapat 16 jenis reptilia dan 2 jenis amphibia di Taman Nasional Karimunjawa, diantara reptil terdapat jenis Ular Edor (Calloselasma rhodostoma).
Lebih lanjut Mogea dkk, 2003 menyatakan bahwa di Karimunjawa ditemukan 23 jenis kupu dari 8 famili. Jenis-jenis kupu endemik adalah Euploea crameri karimondjawaensis, Euploea sylvester karimondjawaensis dan Idea leuconoee karimondjawae.

(Euploea crameri karimondjawaensis)
Ditemukan sebanyak 8 jenis Capung sedang pada jenis Belalang dijumpai 6 jenis, famili Gryllidae ditemukan 3 jenis, Tetrigidae sebanyak 1 jenis.Ditemukan 54 spesies burung yang tergabung dalam 27 famili, 16 jenis diantaranya merupakan spesies yang dilindungi Undang-Undang. Berbagai jenis burung khas yang dapat dijumpai di Karimunjawa adalah Pergam Ketanjar (Ducula rosaceae), Trocokan (Picnonotus govier var.karimunjawa) dan Betet Karimunjawa

(Psitacula alexandri var.karimunjawa)

Kamis, 15 April 2010

keindahan kawah putih di ciwidey-bandung



Wilayah Kabupaten Bandung memiliki banyak tempat wisata yang menawarkan pemandangan yang indah beserta legenda-legenda yang menarik. Salah satunya adalah Kecamatan Ciwidey yang berada di selatan Kabupaten Bandung. Di kawasan ini terdapat satu objek wisata yang menarik yaitu Kawah Putih.

Kawah Putih adalah sebuah danau kawah dari Gunung Patuha dengan ketinggian 2.434 meter di atas permukaan laut dengan suhu antara 8-22°C. Di puncak Gunung Patuha itulah terdapat Kawah Saat, saat berarti surut dalam Bahasa Sunda, yang berada di bagian barat dan di bawahnya Kawah Putih dengan ketinggian 2.194 meter di atas permukaan laut. Kedua kawah itu terbentuk akibat letusan yang terjadi pada sekitar abad X dan XII silam. Kawah Putih ini terletak sekitar 46 km dari Kota Bandung atau 35 km dari ibukota Kabupaten Bandung, Soreang, menuju Ciwidey.
Legenda Kawah Putih

Gunung Patuha konon berasal dari nama Pak Tua atau ”Patua”. Masyarakat setempat sering menyebutnya dengan Gunung Sepuh. Dahulu masyarakat setempat menganggap kawasan Gunung Patuha dan Kawah Putih ini sebagai daerah yang angker, tidak seorang pun yang berani menjamah atau menuju ke sana. Konon karena angkernya, burung pun yang terbang melintas di atas kawah akan mati.

Misteri keindahan danau Kawah Putih baru terungkap pada tahun 1837 oleh seorang peneliti botanis Belanda kelahiran Jerman, Dr. Franz Wilhelm Junghuhn (1809-1864) yang melakukan penelitian di kawasan ini. Sebagai seorang ilmuwan, Junghuhn tidak mempercayai begitu saja cerita masyarakat setempat. Saat ia melakukan perjalanan penelitiannya menembus hutan belantara Gunung Patuha, akhirnya ia menemukan sebuah danau kawah yang indah. Sebagaimana halnya sebuah kawah gunung, dari dalam danau keluar semburan aliran lava belerang beserta gas dan baunya yang menusuk hidung. Dari hal tersebut terungkap bahwa kandungan belerang yang sangat tinggi itulah yang menyebabkan burung enggan untuk terbang melintas di atas permukaan danau Kawah Putih.

Karena kandungan belerang di danau kawah tersebut sangat tinggi, pada zaman pemerintahan Belanda sempat dibangun pabrik belerang dengan nama Zwavel Ontgining ‘Kawah Putih’. Kemudian pada zaman Jepang, usaha tersebut dilanjutkan dengan nama Kawah Putih Kenzanka Gokoya Ciwidey yang langsung berada di bawah penguasaan militer Jepang.

Di sekitar kawasan Kawah Putih terdapat beberapa makam leluhur, antara lain makam Eyang Jaga Satru, Eyang Rongga Sadena, Eyang Camat, Eyang Ngabai, Eyang Barabak, Eyang Baskom, dan Eyang Jambrong. Salah satu puncak Gunung Patuha yakni Puncak Kapuk, konon merupakan tempat pertemuan para leluhur yang dipimpin oleh Eyang Jaga Satru. Konon, di tempat ini terkadang secara gaib terlihat sekumpulan domba berbulu putih yang oleh masyarakat disebut domba lukutan.
Danau Kawah Putih memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri. Air di danau kawahnya dapat berubah warna, kadangkala berwarna hijau apel kebiru-biruan bila terik matahari dan cuaca terang, terkadang pula berwarna coklat susu. Paling sering terlihat airnya berwarna putih disertai kabut tebal di atas permukaan kawah. Selain permukaan kawah yang berwarna putih, pasir dan bebatuan di sekitarnya pun didominasi warna putih, oleh karena itu kawah tersebut dinamakan Kawah Putih.
Menuju ke Kawah Putih

Sejak tahun 1987 PT. Perhutani (Persero) Unit III Jabar dan Banten mengembangkan kawasan Kawah Putih ini menjadi sebuah objek wisata. Untuk tiket masuk areal objek wisata Kawah Putih, setiap orang dikenakan biaya Rp 10.000,00, (Rp. 12.000,00, >updated 24/10/09) sudah termasuk premi asuransi. Objek wisata Kawah Putih dibuka mulai pukul 07.00 dan tutup pada pukul 17.00, setiap hari Senin sampai dengan Minggu. Fasilitas bagi pengunjung di sekitar Kawah Putih sudah cukup memadai dengan adanya areal parkir, transportasi transit menuju kawah, pusat informasi, mushala, dan warung-warung makanan.

Untuk menuju ke sana, pengunjung dari Jakarta dapat melewati tol Cipularang terus menuju pintu keluar tol Kopo menuju Soreang ke arah selatan ke kota Ciwidey. Sekitar 20 – 30 menit dari kota Ciwidey terlihat tanda masuk menuju gerbang masuk objek wisata Kawah Putih yang ada di sebelah kiri jalan. Untuk menuju Kawah Putih dari gerbang masuk kawasan objek wisata Kawah Putih disarankan menggunakan kendaraan, jangan berjalan kaki karena jalan yang agak menanjak dan cukup jauh, yaitu sekitar 5,6 km atau sekitar 10 – 15 menit dengan kendaraan. Kendaraan pribadi dapat langung menuju tempat parkir luas yang tersedia tidak jauh dari kawah. Sementara pengunjung dengan rombongan besar yang menggunakan bis, atau transportasi umum dapat menggunakan kendaraan khusus yang ada di areal parkir dekat gerbang masuk untuk mencapai kawah dari pintu masuk. Kondisi jalan yang kecil dan menanjak tidak memungkinkan untuk dilalui kendaraan jenis bis besar maupun sedang.

Transportasi umum menuju Ciwidey dari Bandung dapat ditemui di Terminal Kebun Kalapa maupun Leuwi Panjang. Setelah sampai di Kota Ciwidey maka perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan angkutan pedesaan tujuan Situ Patengan. Angkutan pedesaan yang menuju Situ Patengan ini melintasi objek-objek wisata yang ada di kawasan Ciwidey yaitu Perkebunan Strawberry, Kawah Putih, Ranca Upas, & kolam renang air panas Cimanggu. Untuk dapat menjelajahi dan menikmati keindahan alam kawasan Ciwidey dan sekitarnya rasanya tidak cukup hanya satu hari.

© 2008 arie saksono